(mengingati Melur dan Sham yang hidup sebelum Cahaya) rahsia dan janji pecah di bahu laut bulan mencium warna matamu dan pantai menjahit gaunnya dengan bunga-bunga liar yang tumbuh di lehermu ombakku, kau mendengar tangisku kau membasuh setiap basah, koyak dan pecahku tapi...

namamu perlu rumah bukan lubuk sarap sampah matamu hanyir lalat malah menghindar nafasmu topeng mana kaupakai hari ini mata merah misai kelabu bibir seringai atau acah malu? mulutmu menyuguh sepelaung lara orang-orang keliru perlu dijamah kematian cintamu atau kesialan...

Oleh Cahaya Jais Petaling Jaya selalu sibuk, tetapi yang pasti tidak sesibuk ibunya. Ibunya lebih arif menyantuni sesak, menyusun bangunan pencakar langit dan meramahi muka kelat orang-orangnya. Walaupun hatinya murni tetapi ramai tidak menggemarinya di hari biasa kecuali hari minggu. Semasa...

Oleh Cahaya Jais Antara hal yang diam-diam duduk dalam memori selain wajah emak, adalah tempat. Warung nasi campur paling lazat di Petaling Jaya, tempat pertama jatuh cinta, restoran mamak yang ada nan tandoori dan teh tiga lapis yang enak, tempat kerja toksik yang kita terpaksa hadap demi bayar...